Agus Salim, Diplomat Indonesia yang Dihormati Musuh
Haji Agus Salim. Tropenmuseum
AyoGitaBisa.com - Seorang pria berpeci hitam berdiri
tegak di tengah-tengah bangsa Eropa dalam sebuah acara diplomatik di
London, tubuhnya yang terbilang mungil di antara para tamu yang hadir
tak menggoyahkannya. Gumpalan asap halus berbau pekat keluar dari mulut
pria itu.
Perawakan yang dianggap 'aneh' dan bau khas yang keluar dari
rokoknya, sontak menjadi pusat perhatian para undangan. "Apa itu yang
anda hisap, tuan?" tanya seorang peserta yang mewakili rasa penasaran
seluruh tamu.
Bernada halus pula, pria kecil itu menjawab "Ini, yang mulia, adalah
alasan mengapa Barat ingin menguasai dunia," ujarnya. Padahal dia hanya
sedang menghisap rokok kretek yang memang menghasilkan aroma khas pada
asapnya. Aroma itu berasal dari cengkeh, rempah yang diburu oleh bangsa
barat pada masa kolonial.
Siapa pria kecil bertubuh kurus itu? ternyata dia adalah Haji Agus
Salim. Seorang diplomat asal Indonesia yang dikagumi para sahabat dan
musuhnya.
Muhammad Roem menjulukinya 'sang guru' di bidang politik, agama dan
pergerakan, sementara Hamka menganggapnya manusia langka yang diturunkan
tuhan satu dalam seratus tahun. Begitu pula kapten Belanda, Kahin yang
menghormatinya dengan memberikan pengecualian hukuman, Schermerhorn
menyebut Agus Salim sebagai pemimpin terkemuka dan terpandai di
Indonesia. Dialah salah satu bapak pendiri bangsa ini.
Lahir di kota Gadang Agam, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884, Agus
salim pada awalnya bernama Musyudul Haq dengan harapan sebagai pembela
kebenaran. Ayahnya adalah seorang Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau
pada pemerintahan Belanda. Sebagai keluarga terpandang, akses
pendidikan bagi Agus Salim tidak sesulit yangt dialami anak-anak yang
hidup pada masa itu.
Sejak bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah
khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool
(HBS) di Batavia, Agus kecil dikenal dengan kepintaran dan pergaulannya.
Dia kerap berteman dengan anak-anak kurang mampu. Hal ini yang membuat
teman-teman Agus di sekolah Belanda menaruh kagum padanya.
Di usia muda, Agus Salim telah menguasai sedikitnya Sembilan bahasa
asing di antaranya Arab, Belanda, Inggris, Turki, Perancis, Jepang dan
Jerman. Berkat kemampuan literasi dan bahasanya, Agus Salim dipercaya
oleh Snock Hurgronje sebagai penerjemah yang ditugaskan ke Jeddah, Arab
Saudi.
Nah, saat berada di sana lah Agus Salim berkesempatan mendalami ilmu
agama kepada pamannya Syeikh Khatib al-Minangkabawi yang saat itu
menjadi Imam di Masjidil Haram. Di samping ilmu-ilmu agama, Syeikh
Khatib juga mengajarkan Salim ilmu diplomasi dalam hubungan
internasional yang di kemudian hari nanti menjadi andalannya
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pulang ke Indonesia, pada tahun 1915, pada masa kepemimpinan HOS
Cokroaminoto, Haji Agus Salim masuk ke dalam Sarekat Islam. Dalam waktu
singkat mereka berdua sudah menjadi kawan baik, dan mitra yang dapat
saling bekerja sama dengan baik, demi masa depan masyarakat Indonesia.
Melalui organisasi inilah, dia mengembangkan karier di bidang politik,
agama, dan intelektual. Haji Agus Salim juga dipercaya menggantikan
Cokroaminoto untuk menjadi anggota Volkstraad pada 1922 sampai 1925.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Agus Salim diangkat menjadi
anggota Dewan Pertimbangan Agung. Selain itu Salim juga dipercaya
sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta
menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.
Kemahiran Agus Salim dalam berdiplomasi terbukti pada tahun 1947.
Saat itu Agus Salim mampu mempengaruhi negara-negara arab untuk mengakui
kemerdekaan Indonesia di mata dunia, akhirnya Mesir menjadi negara arab
pertama yang mengakuinya.
Haji Agus Salim memang tokoh pemberani yang pandai berargumentasi. Ia
wafat pada 4 November 1954. Dia adalah pahlawan pertama yang dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Jasanya untuk bangsa dan agama tak
akan pernah terlupakan. ( Salam Hangat Aka Center 9.1 )